Pola Rekrutmen Kader; Cara-Cara Mengajak Mahasiswa Berorganisasi
Alhamdulillah, adik-adik kita (Dilan dan Milea), Siswa-Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat se-Indonesia telah selesai mengikuti Ujian Nasional (UN). Artinya, tidak lama lagi mereka akan meninggalkan bangku SMA atau sederajat menuju (bagi mempunyai rejeki) bangku perkualiahan di Perguruan Tinggi yang mereka pilih masing-masing.
Setiap organisasi mahasiswa yang ada di seluruh Perguruan Tinggi (baca: Kampus) tentunya telah menanti-nanti kedatangan mereka. Tidak sedikit kita lihat akan bergantungan spanduk-spanduk mengucapkan, “Selamat datang teman-teman Mahasiswa-Mahasiswi Baru.” Hestagnya (#) pun akan bermacam-macam, mulai dari; “#mariberorganisasi” tanpa terkecuali organisasi kita (baca: HMI) dan bla...bla... Brosur-brosurpun akan beredar di Media Sosial Online lengkap dengan jargon dan slogan organisasinya masing-masing. Menampilkan tokohnya masing-masing, mulai dari tokoh politisi di Pusat hingga Daerah, pengusaha hingga akademisi. Jarang sekali menampilkan alumninya yang “miskin” dan tinggal dipedesaan. Mungkin ini strategi pemasaran (promosi), ya...wajar-wajar saja seperti itu. Namanya juga menarik hati dan minatnya mahasiswa.
Seluruhnya itu mempunya tujuan yang baik, untuk mengajak mahasiswa-mahasiswa baru agar berorganisasi. Akan tetapi, untuk saat ini sangat susah menarik minat mahasiswa agar mau berorganisasi. Masalah ini saya pikir bukan hanya dialami satu organisasi mahasiswa saja, tapi sudah semua organisasi mahasiswa. Dengan sistem perkuliahan saat ini menjadi hambatan berat bagi setiap organisasi, apalagi organisasi yang sifatnya murni perkaderan. Selain itu, ditambah lagi dengan banyak mahasiswa-mahasiswa yang apatis dan hedonistik. Dan ditambah lagi citra organisasi mahasiswa hari ini sangat burut di mata masyarakat atau mahasiswa-mahasiswa baru. Itu semua menjadi tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh setiap pengurus organisasi mahasiswa tertentu.
Pada kesempatan kali ini, kita coba membicarakan hal ini. Tidak nikmat rasanya berorganisasi kalau tidak ada tantangan dan hambatan. Jikalau kita pernah mempelajari materi Analisis SWOT, biasa dijelaskan bagaimana hambatan dan tantangan itu menjadi peluang. Artinya, kita harus bisa menemukan suatu metode atau bahasa sederhananya menemukan polanya agar hambatan dan tantangan itu menjadi peluang. Bagaimanapun tantangan dan hambatannya dalam merekrut mahasiswa agar masuk ke organisasi kita pasti ada jalan keluarnya. Dalam tulisan ini saya fokuskan pada HMI, tapi tidak menutup kemungkinan juga dapat dipakai oleh teman-teman yang berlainan organisasi dengan saya.
HMI yang berfungsi sebagai organisasi kader, harus dapat terus merekrut mahasiswa Muslim agar ada proses regenerasi. HMI sebagai organisasi yang dinamis harus pula mempunyai metode atau pola yang dinamis pula. Artinya merekrut mahasiswa Muslim dengan berbagai cara, dengan catatan tanpa harus menjelekkan organisasi-organisasi mahasiswa yang lain. Tentunya begitu juga denga organisasi-organisasi mahasiswa lainnya. Tidak etis rasanya sesama organisasi mahasiswa saling memburukkan. Berikan kemerdekaan kepada mahasiswa baru untuk memilih organisasi mana yang harus dipilihnya. Dan mahasiswa baru pun atau mahasiswa yang belum bergabung dengan organisasi mahasiswa harus ikut (bagi saja wajib) dalam suatu organisasi. Dapatlah kiranya kita menutup telinga ketika ada orang yang mengatakan bahwa, “Organisasi itu tidak penting. Buat lama kuliah dan nilai jelek.” Pernyataan itu mungkin subjektif sifatnya. Karena mengenai statemennya itu tergantung kepada pribadi mahasiswa yang berorganisasi. Toh...di dalam QS. Al-Hujarat: 13, Allah Swt. Menciptakan kita dalam suatu keadaan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Intinya Tuhan sendiri pun, menyuruh agar berorganisasi. Mengapa masih ada yang melanggarnya atau mempengaruhi agar tidak berorganisasi? Itukan artinya melawan Tuhan. Bukankah makhluk yang melawan Tuhan itu namanya Iblis? Jika ada dosen yang melarangnya, berarti itu Iblis atau Setan yang berbentuk manusia, yang mengajarkan supaya kita individualistik. Jika orangtua yang melarangnya bagaimana? Ya...tafsirkan sindiri.
Pola Rekrutmen Kader
Baik, kita masuk pada pembicaraan yang mungkin cukup serius. Judul tulisan ini, Pola Rekrutmen Kader atau sering disingkat PRK . Suatu judul yang menjadi materi wajib dalam Up-Grading di tingkat HMI Komisariat. Di kalau di HMI Cabang Medan ini menjadi materi wajib yang harus dipahami oleh setiap kader-kader HMI, terkhususnya Pengurus HMI Komisariat. Saya tidak tahu di Luar HMI Cabang Medan, apakah materi “Pola Rekrutmen Kader” ini ada dijelaskan pada Pengurus Komisariat, baik itu disampaikan oleh Pengurus HMI Cabang, Senioren maupun Alumni HMI yang biasa membawa materi PRK ini.
Dalam pembahasan ini juga, tidak ada aturan baku atau silabus apa-apa saja yang dibahas dalam PRK ini. Artinya, materi PRK ini diberikan kebebasan-kreatif untuk menjelaskannya sesuai dengan kondisi yang dialami oleh suatu Komisariat. Karena Komisariat adalah ujung tanduk perekrutan, maka mereka yang lebih mengetahui kondisi psikolis arena perekrutan mereka. Misalnya, HMI Komisariat UISU tentunya arena rekrutmen mereka adalah kampus UISU (selain FE, FS dan FP UISI) dan objek rekrutmennya adalah mahasiswa-mahasiswi Muslim UISU. Maka untuk itu, biasanya yang membawa materi PRK ini adalah senioren yang masih berada dilingkungan UISU dan masih merasakan bagaimana dinamika kemahasiswaan di UISU.
Dalam materi PRK ini juga ada pola-pola khusus yang digunakan untuk tempat tertentu dan ada juga pola-pola umum yang dapat diterapkan disetiap kampus atau fakultas yang ada HMI-nya. Jika HMI secara mayoritas masih diniminati banyak mahasiswa di suatu kampus atau fakultas maka pola-pola khusus itu kurang diperlukan. Mungkin teori-teori umumnya saja yang masih dibutuhkan. Akan tetapi, jika HMI kurang diminati di suatu kampus atau fakultasnya Pengurus HMI Komisariat, dia harus menyusun pola-pola khusus dalam hal pendekatan agar dapat dan berminat masuk HMI.
Dalam forum-forum Up-Grading, baik Up-grading formal maupun informal saya sering menjelaskan hal demikian kepada Pengurus Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan, terkhususnya di Komisariat saya, HMI Komisariat UISU yang berdiri sejak tahun 1952, seumuran dengan HMI Cabang Medan. Ketika saya mengikuti Training LK II di HMI Cabang Bandung tahun 2015, saya juga menjelaskan demikian dalam berbagai kesempatan. Dan yang terakhir ini, saya sampaikan di HMI Komisariat Ahmad Yani Cimahi, Jawa Barat dan Komisariat STT Tekstil Bandung. Sewaktu saya menjadi Pimpinan Komisariat UISU periode 2014-2015, berdasarkan banyak pemahaman teori dari senioren dan alumni ditambah pengalaman mengorganisir, saya menerapkan pola rekrutmen ini. Alhamdulillah, hasilnya sungguh luar biasa. Mungkin ini sejarah yang tak bisa saya lupakan ketika berkomisariat.
Jika kita baca Pola Perkaderan HMI yang ada dalam Hasil-Hasil Kongres HMI XXIXdi Pekanbaru, di sana disebutkan atau dituliskan Skema Perkaderan. Dalam Skema Perkaderan kita temukan ada dijelaskan Pra-Rekrutmen Kader. Maksudnya, dijalaskan bahwa adanya “Pengenalan” HMI di sekolah-sekolah SMA atau sederajat dan di Masyarakat dengan banyak melakukan kegiatan-kegiatan HMI yang melibatkan mereka atau agar mereka tahu HMI. Hal itu menurut saya sangat penting untuk dipahami dan diaplikasikan oleh setiap kader-kader HMI. Akan tetapi, pada pembahasan kita kali ini bukan pada Pra-Rekturmen di sekolah-sekolah. Akan tetapi, dalam posisi bahwa siswa-siswa tersebut telah masuk ke dalam arena kita. Untuk pola ini saya bagi menjadi dua pola rekrutmen, yaitu dengan pola rekrutmen yang sifatnya umum dan sifatnya khusus. Sebagaimana yang saya jelaskan di atas tadi.
Pola Rekrutmen Secara Umum
Pola rekrutmen secara umum ini dapat dilakukan oleh setiap Pengurus HMI Komisariat se-Indonesia. Cara menjalankan pola ini dengan cara menghimpun dan membaca peta rekrutmen, mulai dari segi teritorialnya hingga objek rekrutmennya (mahasiswa Muslim). Pola rekrutmen secara umum ini sifatnya secara keorganisasian, bukan secara individu-individu. Maksudnya, Pengurus HMI Komisariat mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan setiap mahasiswa. Mulai dari kegiatan yang sifatnya formal hingga non-formal. Kegiatan yang sifatnya ilmiah hingga semi hedonistik yang di dalam kegiatan tersebut dimasukkan misi-misi pengajakan.
Selain mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya besar, dapat juga dilakukan dengan mendesain lingkungan kampus atau fakultas. Baik desain secara simbolik hingga filosofis. Misalnya membuat taman baca, kegiatan Rujak Party, acara makan-makan, kegiatan Camping, menyebarkan selebaran-selebaran ajakan berorganisasi atau selebaran-selebaran yang isinya memberikan pencerahan (edukatif). Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan HMI Komisariat baik dalam media cetak ataupun menggunakan media-media online. Menjalin kerja sama dalam bidang keilmuan dengan berbagai pihak tanpa ada ikatan atau intervensi yang merugikan HMI.
Mengajak mahasiswa-mahasiswa dalam kegiatan bakti sosial, misalnya mengumpulkan bantuan pada masyarakat yang tertimpa musibah. Saya melihat kegiatan seperti ini dapat menimbulkan minat mereka berorganisasi. Sebagian adik-adik di HMI Cabang Medan, seperti di UISU bergabung dengan HMI karena kegiatan-kegiatan seperti ini. Tidak ada paksaan atau ajakan, tapi karena dia merasakan sendiri kegiatan yang bermanfaat, maka dia pun tertarik masuk HMI. Mungkin organisasi mahasiswa lain juga sering melakukan ini.
Selanjutnya, secara keorganisasian mengadakan tentoren-tentoren atau denga kata lain membedah soal-soal ujian. Biasanya mahasiswa-mahasiswa junior, seperti mahasiswa-masiswa semester satu sampai semester lima sangat tertarik dengan kegiatan seperti ini karena dapat membantu nilai-nilai mereka. Atau membuat pembahasan mata kuliah yang diujikan saat ujian semester dengan narasumbernya dosen-dosen yang bersangkutan. Hal ini, selain menguntungkan bagi calon-calon kader, bermanfaat juga bagi Pengurus-pengurus Komisariat.
Mungkin masih banyak lagi pola rekrutmen secara umum yang dapat dilakukan oleh setiap Pengurusn secara aktivitas organisasi. Artinya, perlu kekreatifan dalam membaca situasi-situasi yang ada di arena perekrutannya. Seperti kata Sang Ahli Strategi dari Cina, Tsun Zu, “Siapa yang dapat membaca atau menguasai arena perang maka dia akan dapat memenangkan peperangan.” Perlu diingat perang yang kita maksudkan bukan perang seperti yang dimaksudkan Sang Ahli Strategi dari Cina tersebut. Tapi di sini kita berperang untuk menghancurkan ketidakmaun mereka berorganisasi, mengajak mereka kepada organisasi kita, agar dapat menjadi mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas. Tapi, perlu juga kita bina diri kita agar berkualitas, setidaknya secara sikap dan intelektual kita (kader HMI) di atas rata-rata.
Pola Rekrutmen Secara Khusus
Maksud daripada pola rekrutmen secara khusus ini adalah di luar daripada kegiatan-kegiatan secara organisasional. Pola rekrutmen secara khusus ini difokuskan kepada pribadi-pribadi seorang kader. Segala potensi dan kondisi harus dimanfaatkan untuk kepentingan rekrutmen mahasiswa Muslim.
Pola rekrutmen secara khusus ini dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan. Seperti pendekatan secara kesukuan. Maksud daripada pendekatan kesukuan ini dimana kader-kader HMI mendekati seorang mahasiswa Muslim (selanjutnya kita sebut calon kader) karena suku yang sama. HMI memang bukan organisasi primordial, akan tetapi jika tujuannya untuk perekrutan tidak ada masalahnya karena pola ini tidak menciderai nilai-nilai universal di HMI. Pendekatan ini sangat efektif, karena mayoritas mahasiswa yang kuliah terdiri dari berbagai suku. Berbagai suku ini merupakan ciri khas daripada keadaan bangsa Indonesia.
Selain pendekatan kesukuan, penting juga pendekatan secara teritorial. Maksudnya pendekatan berdasarkan kesamaan tempat, baik itu satu sekolah, satu fakultas, satu jurusan di kampus dan satu kampung. Pendekatan ini menurut saya penting, yang alasannya tidak jauh berbeda dengan pendekatan secara kesukuan. Jika kita pernah satu sekolah dengan calon kader, maka hubungan emosional ini akan lebih mudah terhubung, apalagi jika kita satu daerah (kampung) dengan calon kader. Kita tidak membutuhkan waktu lama untuk mengerti atau mengenalinya.
Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan secara intelektual. Maksudnya adalah mendekati calon kader karena satu pandangan dalam dunia keilmuan atau minat belajarnya tinggi seperti kita. Pendekatan ini tidak berdasarkan suku atau juga karena satu daerah. Pendekatan ini karena ada kepentingan bersama yang tujuannya sangat baik dalam peningkatan kualitas keilmuan. Tidak jarang calon kader mengatakan bahwa keinginan mereka berorganisasi karena ingin menambah wawasan dan tertarik melihat kader-kader organisasi yang berwawasan luas atau kader-kader yang berprestasi dalam dunia keilmuan (akademik) yang bukan secara normatif.
Kemudian dapat juga lewat pendekatan pertemanan, kesamaan hobi yang positif dan persahabatan lintas daerah atau suku. Terbuktinya bahwa lewat pertemanan yang sudah dekat dapat mengajak calon kader untuk masuk HMI. Maksudnya, pertemanan atau persahabatan ini tidak dilakukan semata-mata untuk kepentingan rekrutmen, akan tetapi karena memang telah nyaman berteman, saling peduli dan saling memotivasi untuk kemajuan.
Pastinya masih banyak lagi pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara khusus (person to person). Banyak cara untuk mendekati atau mengajak calon kader supaya ber-HMI dengan cara-cara yang bernilai positif. Di Himpunan ini kita punya slogan “Di HMI Kita Berteman Lebih Dari Saudara” yang sering kita suarakan.
Ditengah-tengah susah untuk melakukan rekrutmen kader saat ini, karena berbagai faktor dan kendala, kita sebagai kader-kader HMI harus mempunyai skil yang kreatif untuk mengajak mereka berorganisasi. Cara kita harus dinamis dalam melukan rekrutmen kader. Kita harus bisa memahami kondisi dilapangan dan kemudian menyusun langkah-langkah strategis yang harus diperbuat. Sistem-sistem kampus yang memenjarakan saat ini agar mahasiswa tidak sempat berorganisasi dan memperhatikan keadaan sosial tidak dapat kita lawan dengan cepat, harus ada cara-cara yang massif untuk meruntuhkannya. Dan konflik internal kita harus dihindari karena ia dapat menguras pikiran dan tenaga, lebih-lebih dapat membuat perpecahan. Kesamaan visi dan menjaga nilai-nilai organisasi (HMI) harus lebih ditingkatkan. Kembali saya tekankan kepada kita semua, Himpunan kita ini berfungsi sebagai organisasi kader dan jantungnya adalah perkaderan (pra dan pasca). Artinya, HMI akan terus berlangsung hidup jika jantungnya HMI terus kita jaga dan rawat bersama.
Comments
Post a Comment