Jenis dan Klasifikasi Batuan Beku, Struktur Batuan Beku, dan Tekstur Batuan Beku
Penggolongan batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang. Berbagai cara telah dilakukan seperti penggabungan jenis – jenis yang sama dalam satu golongan dan pemisahan dari jenis – jenis yang tidak menunjukkan persamaan. Karena tidak adanya kesepakatan diantara para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda – beda.
Batuan Beku Diabas dengan tekstur khusus Diabasik (Sandatlas.org) |
Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing – masing. Bila kita dapat memilih salah satu klasifikasi dengan tepat maka kita akan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada 3 patokan utama, yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
1. Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral.
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya , batuan beku dapat dibagi menjadi dua : yaitu Batuan beku volkanik dan Batuan beku plutonik.
a. Batuan Beku Volkanik
Batuan beku volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat permukaan bumi (intrusi dangkal). Menurut Williams,1983, batuan beku yang berukuran kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama kehadiran masa gelas.
b. Batuan Plutonik
Batuan beku yang terbentuk pada kedalaman yang sangat besar dan mempunyai ukuran kristal lebih dari 1 mm.
2. Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (C.J Hughes , 1962 ), dan dibagi dalam empat golongan , yaitu :
a. Batuan beku asam , bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66 % SiO2.Contoh batuan ini Granit dan Rhyolit.
b. Batuan beku menengah atau Intermediet , bila batuan tersebut mengandung 52% -66% SiO2.Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan beku basa , bila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO2. Contoh batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
d. Batuan beku ultra basa , bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO2 . Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan Dunit.
3. Klasifikasi berdasarkan Mineralogi
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafik dengan mineral felsik. S.J. Shand,1943, membagi empat macam batuan, yaitu :
a. Leucocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral mafik.
b. Mesocratic rock, bila batuan beku tersebut mengnadung 30% - 60% mineral mafik.
c. Melanocratic rock, bila batuan tersebut mengandung 60% - 90% mineral mafik.
d. Hipermelanic rock, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 90% mineral mafik.
Sedangkan S.J. Elis, 1948, membagi menjadi empat golongan tekstur pula, yaitu :
a. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
b. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10%-40%.
c. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40%-70%.
d. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur batuan beku adalah :
1. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu , yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30 - 60 cm dan jaraknya bedekatan, khas pada vulkanik bawah laut .
3. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.
4. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
5. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnnya).
6. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
7. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
8. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengarui oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982).
1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a. Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal
b. Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas
c. Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusum oleh massa
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa kristal, massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebutr mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal dengan mikroskop, sedangkan apabila tidak dapat dikenal dengan menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
ü Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
ü Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
ü Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
ü Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
a. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
ü Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.
ü Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
ü Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang tidak sempurna.
Secara tiga dimensi dikenal :
ü Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
ü Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain.
ü Iregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
b. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran dikenal :
1) Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari :
ü Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk kristal secara sempurna.
ü Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk memadai untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
ü Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.
2) Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama , antara lain terdiri dari :
ü Porfiritik , adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar kristal yang lebih halus.
ü Vitroverik , apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas.
TEKSTUR KHUSUS BATUAN BEKU
Tekstur Khusus , adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan arah serta menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral-mineral yang berbeda . Tetapi tekstur ini sangat sulit diamati secara megaskopis, terdiri dari :
1. Diabasik , tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen , disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
2. Trakhitik , fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masa dasar kristal sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir-butir piroksen , oksida besi dan aksesori mineral.
3. Intergranular , ruang antar kristal-kristal plagioklas ditempati oleh kristal-kristal piroksen , olivin atau biji besi.
Comments
Post a Comment