JENIS TERUMBU KARANG


BAB I
PENDAHULUAN

             1.1 Latar Belakang 

            Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, keanekaragaman  hayati laut Indonesia tak tehitung jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan yang sangat  penting dalam menjaga   keseimbangan   lingkungan   dan   menyumbangkan   stabilitas   fisik   pada   garis   pantai tetangga sekitarnya. Oleh  karena itu harus dilindungi dan dikembangkan secara terus menerus baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baik secara fisik juga biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung pada terumbu  karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia  saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bagaimanapun juga, tekanan terhadap keberadaan terumbu karang paling  banyak diakibatkan oleh kegiatan manusia, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. Peningkatan kegiatan manusia  sepanjang garis pantai semakin memperparah kondisi terumbu karang.
 Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana- rencana pengelolaan yang baik  untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu  karang   di   Indonesia   adalah   dengan   meningkatkan   kesadaran   masyarakat   terhadap  perlunya  menjaga kelestarian terumbu karang dan meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam menjaga kelestarian terumbu karang di Indonesia.
Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi.  Pada dasarnya karang merupakan endapan mas-sive kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain penghasil kalsium karbonat.  Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok binatang dan bukan sebagai kelompok tumbuhan.  Binatang karang ini masuk ke dalam phylum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia.

1.2 Maksut Dan Tujuan
1. Dapat mengetahui kondisi terumbu karang.
2. Dapat mengetahui tipe dan jenis terumbu karang.

1.3 Kegunaan Penulisan
Dari hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat. Pertama, dapat   memberi   gambaran   kondisi   terumbu   karang   di   Indonesia   yang   sudah   sangat memprihatinkan. Kedua, dapat memberi informasi mengenai terumbu karang, baik tipe terumbu karang maupun jenis – jenis karang.











BAB II
TERUMBU KARANG

2.1 Pentingnya Terumbu Karang
Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa milimeter saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saja saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam. Terumbu Karang menjadi rumah bagi ribuan spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam kondisi tidak baik atau bahkan hancur, bisa dibayangkan berapa banyak makhluk hidup yang terancam punah.
2.2 Kondisi Terumbu Karang Di Indonesia
            Persebaran dan Kondisi Terumbu Karang  Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai lebih dari 95.000 km, serta lebih dari 17.000 pulau. Terumbu karang yang luas melindungi kepulauan Indonesia. Diperkirakan luas terumbu karang di Indonesia sekitar 51.000 km2. Ini belum mencakup terumbu karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau yang berada di perairan agak dalam.
Terdapat 18% dari terumbu karang di dunia berada di perairan Indonesia. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi di dunia meliputi 590 jenis karang batu, 2500 jenis Molusca, 1500 jenis udang-udangan dan  lebih dari 2500 jenis ikan. Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6 milyar/tahun. Dengan kondisi alam dan keanekaragaman hayati yang begitu banyak yang dimiliki Indonesia, seharusnya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
 Terumbu karang di Indonesia yang sangat beragam dan bernilai, mengalami ancaman yang sangat besar. Ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya laut telah menyebabkan eksploitasi besar-besaran dan kerusakan terumbu karang, terutama yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk.
Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Hasil survei P2O LIPI pada tahun 2006 menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik. Penangkapan ikan secara ilegal telah meluaske banyak pulau di Indonesia, bahkan di daerah yang dilindungi. Hal ini bukan hanya mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar tapi juga kerusakan lingkungan yang sangat parah.
Keberadaan pengelolaan dan institusi khusus untuk melindungi terumbu karang Indonesia sangatlah sedikit. Hingga tahun 1999, tidak ada institusi pemerintah yang memfokuskan diri pada pengelolaan sumber daya pesisir. Pemerintah Indonesia tidak dapat memenuhi target pengelolaan yang direncanakan, karena tidak adanya koordinasi serta kondisi politik yang bergejolak.
Eksploitasi berlebihan pada sumber daya hayati sekarang ini menjadi isu kritis, dan menjadi masalah besar dalam manajemen keanekaragaman hayati khususnya keanekaragaman biota laut. Apalagi kerusakan terumbu karang (coral reef) yang banyak menyita perhatian, karena perannya yang sentral dalam ekosistem laut. 

BAB III
TIPE DAN JENIS TERUMBU KARANG

3.1 Tipe - Tipe Terumbu Karang
1. Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
  1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
  2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.
2. Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
  1. Terumbu karang tepi ( fringing reefs )
 Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuha ke   atas   dan   ke   arah   luar   menuju   laut   lepas.   Dalam   proses   perkembangannya,   terumbu   ini  berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang  mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah  secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

 2. Terumbu karang penghalang (  barrier reefs   )
 Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif  jauh dari pulau, sekitar 0.5 2 km ke arah   laut   lepas   dengan   dibatasi   oleh   perairan   berkedalaman   hingga   75   meter.   Terkadang   membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.  Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk  gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh:  Batuan Tengah  (Bintan,  Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (  atolls   )
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin,terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh:  Taka Bone Rate  (Sulawesi),  Maratua  (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (   patch reefs   ) 
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).


3.2 Jenis – Jenis Terumbu Karang
Beberapa Genus Karang yang Umum di Indonesia Berdasarkan survei karang yang pernah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia oleh beberapa ahli karang, ternyata genus karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia antara lain meliputi :
1. Genus Acropora (Familia Acroporidae)
Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan.
Karakteristik bentuk rangka kapur genus Acropora antara lain ialah:
         Koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif.
         Koralit dua tipe, axial dan radial.
         Septa umumnya mempunyai dua lingkaran.
         Columella tidak ada.
         Dinding koralit dan coenosteum rapuh.
         Tentakel umumnya keluar pada malam hari
         Genus Pocillopora merupakan satu-satunya genus pada karang yang memiliki verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakannya dengan genus-genus karang yang lain.

2. Genus Montipora (Familia Acroporidae)
Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah. Sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran.
Karakteristik bentuk rangka kapur genus Montipora ini antara lain ialah:
• Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel ataupun bercabang.
• Ukuran koralit umumnya kecil.
• Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung (gigi) muncul keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam.
• Tidak memiliki columella.
• Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki beberapa tipe: Papillae bila coenosteum lebih kecil dibandingkan dengan ukuran koralit, dan tuberculae jika sebaliknya. Apabila berkelompok mengelilingi koralit disebut thecal papillae dan juga ada thecal tuberculae.
• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.
o Karang yang struktur rangka kapurnya mirip dengan genus Montipora adalah genus Porites, dan kadangkala sulit untuk membedakannya. Namun pada pengamatan bawah air, struktur internal pada koralit karang genus Porites lebih jelas terlihat dibandingkan dengan karang genus Montipora, dan sebagian besar Montipora memiliki coenosteum yang lebar, sementara Porites tidak memiliki coenosteum.
3. Genus Pocillopora (Familia Pocilloporidae)
Karakteristik bentuk rangka kapur genus Pocillopora antara lain ialah:
• Koloni umumnya berbentuk submasif, bercabang, ataupun bercabang dengan bentuk pipih.
• Koloni ditutupi oleh verrucae.
• Koralit cekung ke dalam pada verrucae.
• Koralit mungkin tidak memiliki struktur dalam atau memiliki columella yang kurang berkembang.
• Memiliki dua lingkaran septa yang tidak sama.
• Coenosteum biasanya ditutupi oleh granules (butiran).
• Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari
• Genus Pocillopora merupakan satu-satunya genus pada karang yang memiliki verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakannya dengan genus-genus karang yang lain.

4. Genus Seriatopora (Familia Pocilloporidae)
Karakteristik genus Seriatopora antara lain ialah:
         Ciri khas koloninya berbentuk compact bushes dengan cabang yang halus. Koralit tersusun rapi (neat rows) sepanjang cabang.
         Koralit sebagian besar tenggelam (immerse) dan struktur internal tidak begitu berkembang kecuali columella.
         Septa umumnya berjumlah satu, namun kadangkala terdiri atas dua lingkaran, dan telah berkembang dan menyatu hingga ke columella.
         Coenosteum ditutupi oleh spinules (duri-duri) yang halus.
         Struktur rangka kapur genus Seriatopora hampir mirip dengan genus Stylophora, tetapi dapat dibedakan, dimana percabangan genus Seriatopora lebih halus (kecil) dibandingkan dengan genus Stylophora.
5. Genus Favia (Familia Faviidae)
Karakteristik bentuk rangka kapur genus Favia antara lain ialah:
         Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped.
         Koralit sebagian besar monocentric (satu columella dalam satu corallite) dan plocoid.
         Memperbanyak koralit melalui pembelahan intratentacular.
         Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari.
         Struktur rangka kapur genus Favia mirip dengan genus Favites tapi dapat dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang. Tipe koralit Favites tergolong ceroid, sedangkan tipe koralit Favia tergolong plocoid.
6. Genus Favites (Familia Faviidae)
Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Favites :
         Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped.
         Koralit berbentuk monocentric dan ceroid, beberapa berbentuk subplocoid.
         Pada koloni karang ini, antar dua koralit dibatasi oleh satu dinding koralit.
7. Genus Porites (Familia Poritidae)
Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites :
         Bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau bercabang.
         Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni masif yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped, dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m.
         Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni dengan lebar Calice kurang dari 2 mm.
         Tentakel umumnya keluar pada malam hari.
o   Genus Porites ini mirip dengan genus Montipora dan Stylaraea, namun memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan antara Porites dengan Montipora ialah bahwa Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam, koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal (perpanjangan dinding koralit). Genus Montipora mempunyai dua tipe coenosteum, yaitu reticulum papillae dan tuberculae. Selain itu, Porites memiliki koralit yang umumnya selalu terlihat septanya, sementara Montipora hanya memiliki perpanjangan gigi septa yang menonjol keluar sehingga terasa runcing dan kasar bila tersentuh.
8. Genus Goniopora (Familia Poritidae)
 Bentuk koloni columnar , masif dan encrusting.
          Koralit tebal tapi berdinding keropos dan calice memiliki septa yang kokoh dan memiliki columella.
          Polip genus Goniopora berukuran panjang dan keluar baik pada malam maupun siang hari.
          Polip genus Goniopora memiliki 24 tentakel.
Spesies Terumbu Karang
Beberapa Spesies Terumbu Karang di Indonesia dan Klasifikasinya :
3.2.1 Karang Keras
1. Acropora cervicornis
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Cnidaria
Class                       : Anthozoa
Ordo                       : Scleractinia
Family                   : Acroporidae
Genus                     : Acropora
Spesies                  : Acropora cervicornis

Acropora cervicornis
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri             : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun             dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna                   : Coklat muda.
Kemiripan           : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi            : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat               : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
2. Acropora acuminata
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                 : Scleractinia
Family             : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora acuminata
Acropora acuminata
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna                 : Biru muda atau coklat.
Kemiripan        : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat              : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
3. Acropora micropthalma
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                   : Anthozoa
Ordo                   : Scleractinia
Family               : Acroporidae
Genus                 : Acropora
Spesies              : Acropora micropthalma
Acropora micropthalma
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna                 : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan        : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.
Habitat              : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.

4. Acropora millepora
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora millepora
Acropora millepora
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri             : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna                : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan        : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi          : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.
Habitat               : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
5. Acropora palmate
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa
Ordo                 : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora palmate
Acropora palmatae
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-20 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk cabang besar menyerupai tanduk rusa.
Warna                 : Umumnya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan.
Distribusi          : Tersebar di Perairan Indonesia, Karibia, dan Bahama.
Habitat               : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
6. Acropora hyacinthus
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus                : Acropora
Spesies              : Acropora hyacinthus
Acropora hyacinthus
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 15-35 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di permukaan.
Warna                 : Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat               : Umumnya di lereng karang.
7. Acropora echinata
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora echinata
Acropora echinata
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentik tabung bercabang yang menyerupai tentakel.
Warna                 : Coklat, kuning, putih.
Distribusi          : Indo-Pasifik barat.
Habitat               : Perairan dangkal yang hangat.
8. Acropora humilis
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora humilis
Acropora humilis
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna                 : Ungu, merah muda.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat               : Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.
9. Acropora cytherea
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa
Ordo                 : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora cytherea
Acropora cytherea
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna                 : Krem, coklat, biru.
Distribusi          : Indo-Pasifik barat.
Habitat               : Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.
10. Siderastrea sidereal
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Siderastreidae
Genus                : Siderastrea
Spesies              : Siderastrea sidereal

Siderastrea sidereal
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 7-14 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna                 : Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat               : Perairan dangkal yang jernih.
11.Acropora rosaria
Acropora rosaria
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora rosaria
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni seperti semak, cabang utama mempunyai cabang sekunder, aksial koralit besar dan berbentuk kubah tetapi tidak panjang. Radial koralit seperti kantung dan semua koralit mempunyai dinding tebal.
Warna : Umumnya berwarna krem, coklat, biru dan merah muda.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. loripes.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.

12. Acropora latistella

Acropora latistella

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora latistella
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa atau bergumpal. Aksial koralit biasanya terpisah. Radial koralit melingkar. Tentakel biasanya setiap hari bertambah panjang.
Warna : Umumnya berwarna krem, keabu-abuan, coklat, hijau dan kuning.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. subulata, A. valid, A. nana dan A. dendrum.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.

 



13. Acropora tenuis

Acropora tenuis

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora tenuis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni merupakan corymbosa clumps, aksial koralit panjang dan tubular, radial koralit tersusun rapi dan memiliki bibir flaring.
Warna : Umumnya berwarna kuning, krem, hijau dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. vermiculata, A. selago dan A. Pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di daerah reef slopes dan goba yang dangkal.

14. Montipora foliosa

Montipora foliosa

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora foliosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 2 - 6 meter.
Ciri-ciri : Koloni terdiri dari lembaran tipis dan seragam, kadang membentuk lingkaran berulir dan bertingkat. Koralit tersusun menurut baris diantara koenesteum.
Warna : Umumnya krem, merah muda, atau coklat dengan warna lebih pucat pada bagian luar.
Kemiripan : Mirip dengan M. aequituberculata, M. delicatula yang mempunyai lembaran lebih tipis, dan ukuran koralit lebih kecil.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, dan Australia.Habitat : Karang ini dijumpai hidup di daerah goba dan daerah yang terlindung.

15. Montipora crassituberculata

Montipora crassituberculata

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora crassituberculata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koralit berbentuk submasif berbentuk seperti roda yang rata, koralit terbenam, teka dan koenosteum papila kedua-duanya tebal.
Warna : Umumnya berwarna coklat dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan M. aequituberculata.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras.

16. Montipora hispida

Montipora hispida
Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora hispida
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni submasif, laminar, kolumnar atau digitata atau kombinasi dari semuanya. Laminar dan digitata ditemukan di perairan keruh, submasif dan kolumnar di temukan di reef slope. Koralit tenggelam.
Warna : Umumnya berwarna coklat dan putih.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan Montipora cactus, M. Gaimardi dan M. Grisea.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras.

17. Montipora informis

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora informis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-15 meter
Ciri-ciri : koloni ada yang masif sampai yang berkerak. Koralit terdistribusi dan terbenam. Koenosteum tertutup dengan papila yang memiliki panjang seragam.
Warna : Umumnya berwarna bintik coklat dan bintik putih.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan M. efflorescens dan M. corbettensis.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras.

18. Acropora loripes

Acropora loripes

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora loripes
Kedalaman : Karang ini dijumpai hidup pada kedalaman 2 - 6 meter.
Ciri-ciri : Koloni karang ini bentuknya beragam. Radial koralit dan aksial koralit berbentuk bundar, dinding tebal. Seluruh koralit berbentuk bulat dan permukaannya halus.
Warna : Umumnya berwarna biru muda, atau coklat. Aksial koralit biasanya berwarna putih.
Kemiripan : Mirip dengan A. rosaria, A. appressa, A. caroliniana dan A. granulosa.
Distribusi : Tersebar di perairan Indonesia, Australia, Papua New Guinea, dan Kep. Calamian-Filipina. Habitat : Karang ini dijumpai hidup di daerah reef slope bagian atas.

19. Montipora venosa

Montipora venosa

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora venosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni masif. Tidak ada papila dan tuberculae.
Warna : Coklat muda atau biru.
Kemiripan : M. foveolata.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Madagaskar, Tanzania, Solomon dan Australia.
Habitat : Semua lingkungan parairan untuk karang..

20. Acropora grandis

Acropora grandis
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora grandis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni arborescens. Cabang tebal. Pada perairan dangkal cabangnya pendek, pada perairan yang lebih dalam cabangnya lebih terbuka. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna : Coklat tua kemerahan, ujung cabang lebih muda. Warna lain biru, jingga dan hijau.
Kemiripan : A. formosa, dan A. nobilis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Madagaskar, Solomon, Australia, Jepang dan Papua New Guinea.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagu




21. Acropora elseyi
Acropora elseyi
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elseyi
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni menyerupai pohon cemara Kemiringan cabang beradaptasi dengan lingkungan Aksial dan radial koralit sama, keduanya kecil dengan dikelilingi dinding yang tebal.
Warna : Kuning atau krem dengan warna cabang lebih muda.
Kemiripan : A. Carduus dan A. longicyathus.
Distribusi : Perairan Indonesia, , Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat : Fringing reefs dan Lereng karang yang dangkal.

22. Acropora macrostoma

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora macrostoma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni korimbosa yang berbentuk plat ukuranya bisamencapai 1 meter. Cabang runcing panjangnya sampai 15 milimeter. Aksia koralit berbentuk pipa. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna : Abu-abu, merah muda atau biru.
Kemiripan : A. microclados dan A. lamarcki.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea.
Habitat : Lereng karang bagian atas.

 

 

 

 

 

 

 

 

23. Acropora kimbeensis

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora kimbeensis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni seperti semak. Cabangnya runcing dan menghadap ke atas. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk pipa.
Warna : Kuning, krem atau biru..
Kemiripan : A. cerealis dan A. parilis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, dan Papua New Guinea.
Habitat : Lagun dan lereng karang bagian atas.

24. Acropora digitifera

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora digitifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk digitata, umumnya permukaannya rata dengan ukuran bisa mencapai lebih dari 1 meter. Percabangannya kecil, berbentuk bulat atau pita. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk bulat, memiliki ukuran yang sama, pinggir koloni berwarna terang.
Warna : Jingga, krem atau kuning, sering berwarna biru muda. Umumnya memiliki warna krem atau kuning pada ujung koloni.
Kemiripan : A. japonica, A. humilis, A. gemmifera.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, Mikronesia, Jepang, Zanzibar, Tanzania.Habitat : Di daerah yang bergelombang dan perairan dangkal.


25. Acropora gemmifera
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora gemmifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloninya berbentuk digitata, percabangan tebal, aksial koralit berukuran kecil, Radial koralit memiliki 2 ukuran biasanya berbaris.
Warna : Jingga, biru, krem atau coklat. Ujung cabang berwarna biru atau putih.
Kemiripan : A. humilis, A. Monticulosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Australia, Philipina, Madagaskar. Habitat : Hidup pada daerah perairan dangkal dan tahan terhadap kekeringan (daerah pasang surut).

26. Acropora humillis

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora humillis
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 1 – 7 meter.
Ciri-ciri : Umumnya memiliki korimbosa, percabangan tebal dan memiliki koralit aksial yang besar serta mempunyai radial koralit dengan dua ukuran.
Warna : Umumnya memiliki warna yang beragam, namun yang paling utama adalah warna krem, coklat, atau biru.
Kemiripan : Karang ini tidak memiliki kemiripan dengan A. gemmifera dan A. monticulosa.
Distribusi : Tersebar di perairan Indonesia, Laut Merah hingga Amerika Tengah dan sekitar Australia.
Habitat : Umumnya dijumpai di daerah reef slope dan reef flat.


27. Acropora Palifera
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora palifera
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni sepeti piringan berkerak dengan punggung tebal berkolom dan bercabang, cabang biasanya tegak tetapi secara umum bentuknya horizontal tergantung dari pengaruh gelombang, tidak ada aksial koralit, koralit lembut.
Warna : Umumnya berwarna krem dan coklat.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. cuneata dan A. elizabethensis.
Distribusi : Tersebar di Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Solomon dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.



28. Acropora Desalwii

Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora desalwii
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa dangan percabangan yang padat. Percabangan pada koloni primer umumnya horisontal dan berbeda dengan koloni lainnya. Percabangannya memiliki lebih dari satu aksial koralit. Aksial koralit panjang, berbentuk tabung dan menghadap keatas. Pada daerah berarus aksial koralit berbentuk seperti radial koralit.
Warna : Umumnya berwarna coklat muda, biru, hijau dan memiliki warna yang berbeda pada bagian ujung/pinggir koloni.
Kemiripan : A. parapharaonis, A. Plana, A. willisae.
Distribusi : Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea, Solomon.
Habitat : Daerah perairan dangkal yang terlindung.




29. Montipora stilosa

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora stilosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni mengerak atau submasif. Koralit dikelilingi oleh thekal papila. Koeneteum papila kepermukaan sehingga terlihat seperti tulang.
Warna : Coklat berbintik, krem atau coklat kemerahan.
Kemiripan : M. efflorescens dan M. peltiformis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Kep. Pemba, tanzania, Mesir.
Habitat : Karang ini dijumpai hidup di daerah goba dan daerah yang terlindung.

30. Montipora aquituberculata
Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora aquituberculata
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni mengerak atau tersusun dari lapisan yang tipis menyerupai corong. Koralit dikelilingi oleh papila thecal. Koenesteum papila tebal.
Warna : Coklat, krem atau jingga.
Kemiripan : M. crassituberculata, M. peltiformis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Kep. Solomon dan Australia.
Habitat : Lingkungan perairan karang yang dangkal.
31. Montipora digitata
Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora digitata
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloninya digitata atau arborescent dengan cabang menghadap keatas. Koralit kecil, terutama yang hidup di perairan dangkal. Koenesteum halus.
Warna : Krem muda atau coklat, kadang berwarna merah muda atau biru
Kemiripan : M. samarensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Madagaskar, Solomon, Tanzania dan Australia.
Habitat : Lingkungan karang yang dangkal.
32. Montipora danae

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora danae
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk plat yang menyerupai kubah. Koralit kecil.
Warna : Coklat muda. Polip berwarna terang.
Kemiripan : M. verrucosa, M. verruculosus, dan M. palawanensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Solomon dan Australia.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagun.










33. Montipora tuberculosa
Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora tuberculosa
Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni submasif atau berlapis. Koralit kecil. Koralit dipisahkan oleh papila.
Warna : Coklat, hijau, biru terang.
Kemiripan : M. monasteriata.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Tanzania, Madagaskar, Mesir dan Australia.Habitat : Dapat ditemui hampir di semua lingkungan perairan karang.










3.2.2  Karang Lunak
1.Sinularia flexibilis

phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Sinularia
Spesies 
:
Sinularia flexibilis
Author 
:
Quoy & Gaimard, 1833
Spesifikasi 
:
Koloni bertangkai yang berwarna putih, lobus berwarna krem, lentur, dapat panjang atau juga pendek dan selalu bergerak mengikuti gerakan arus atau ombak. Pada beberapa spesimen kadang kadang tidak dijumpai club pada lobus. Pada spesimen yang dikoleksi kali ini dijumpai klub dengan ukuran 0,06 – 0,12 mm. Club pada permukaan tangkai lebih tebal dan lebar,yang kecil bentuknya hampir oval. Ukuran club 0,06 – 0,14 mm.
Sebaran 
:
Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau Merak, Pulau Sangiang.



2.Sinularia capillosa


phylum 
:

Class 
:

Order 
:

Family 
:

Genus 
:
Sinularia

Spesies 
:
Sinularia capillosa

Author 
:
Tixier-Durivault, 1970

Spesifikasi 
:
Bentuk koloni hampir seperti S. flexibilis hanya bagian lobus tidak lentur. Pada bagian permukaan dan internal lobus (top) terdapat club dengan tiga bentuk, club kecil dengan ukuran 0,06-0,08 mm, club besar dengan ukuran sampai 0,12 mm, dan kumparan byang panjang dan kurus berukuran 0,15-0.30 mm. Club pada tangkai (base) lebih tebal dan lebar berukuran 0,08 – 0,19 mm. Sklerit pada bagian internal tangkai berbentuk kumparan biasa
Sebaran 
:
baru ditemukan di Pulau Sangiang, Selat Sunda.
3.      Sinularia brassica
phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Sinularia
Spesies 
:
Sinularia brassica
Author 
:
May, 1898
Spesifikasi 
:
Bentuk koloni ada dua macam yaitu bentuk cawan (cup- shaped) dan lobata (berlobus). Para pakar menyebut yang berbentuk cawan sebagai S. brassica dan yang lobata S. dura. Dalam buku ini ditampilkan kedua bentuk koloni dari jenis ini dalam foto berwarna. Ciri khas koloni berbentuk seperti bunga, memiliki spikula yang nampak jelas dan berukuran besar terutama spikula pada bagian basal (pada yang lobata). Pada bagian lobus/ atas (top), spikula berbentuk club berukuran 0,15 – 0,20 mm, atau 0,12 – 0,22 mm, bagian kepala melebar, 0,06 – 0,10 mm, kadang-kadang sampai 0,15 mm.
Sebaran 
:
Pulau Lancang, Pulau Pari, Pulau Merak.
4.      Xenia
phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Xenia
Spesies 
:
Xenia
Author 
:
Lamarck, 1816
Spesifikasi 
:
Koloni kecil, bertangkai panjang yang muncul dari bagian bawah koloni. Polip terdapat di ujung atas tangkai, masing-masing satu tangkai, satu polip. Koloni lentur dan sangat lunak dan mudah putus atau sobek. Polip dari anggota Xeniidae umumnya kontraktil, dalam berkontraksi dan tidak ditarik masuk ke dalam antosoid. Sklerit sangat kecil berbentuk bulat telur tapi pipih (spheroid) berukuran 0,02 – 0,05 mm. Beberapa jenis ada yang tidak mempunyai sklerit.
Sebaran 
:
Pulau Pari, Pulau Payung, Pulau Merak dan Pulau Sangiang.

5.Paralemnalia

phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Paralemnalia
Spesies 
:
Paralemnalia
Author 
:
Kukenthal, 1913
Spesifikasi 
:
Bentuk koloni berbeda dari anggota Nephtheidae lainnya karena percabangan muncul dari bagian dasar koloni, membentuk kumpulan batang seperti jari-jari panjang (digitiformis). Polip ada pada bagian cabang, kadang-kadang menempati dua pertiga dari ujung cabang. Bentuk sklerit sama dengan pada Lemnalia, hanya pada tentakel berbentuk kumparan-kumparan club (0,03 - 0,05 mm) dan juga pada permukaan tangkai (0,08 – 0,15 mm). Pada polip sklerit berupa kumparan panjang dan lebih panjang dari yang ada pada permukaan tangkai. Juga ditemukan club berukuran kecil pada permukaan cabang sklerit berupa kumparan agak besar dan panjang (0,28 – 0,30 mm).
Sebaran 
:
baru ditemukan di Pulau Sangiang.





6.Lemnalia
phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Lemnalia
Spesies 
:
Lemnalia
Author 
:
Gray, 1868
Spesifikasi 
:
Koloni seperti pohon (aboresen), mirip dengan Litophyton, hanya batang (tangkai) lebih panjang dan lebih keras (kaku). Percabangan terjadi di bagian atas batang dan kapitulum (catkins) tersusun di ujung cabang. Bila batang koloni sobek akan keluar semacam lendir berupa benang-benang dan juga bau yang menyengat. Sklerit berupa kumparan yang panjang dan kurus terutama pada polip dan cabang. Pada permukaan tangkai (batang) berbentuk kumparan dan club yang bervariasi bentuknya, ada yang berbentuk kapstan dengan tonjolan yang menyerupai bintang tak beraturan, kumparan yang melengkung (bulan sabit) dengan ukuran 0,06 – 0,20 mm. Pada interior tangkai sklerit berbentuk kumparan kurus dan panjang (0,23 – 0,40 mm). Pada Lemnalia Gray, tentakel berbentuk silinder (rod) dengan lekukan-lekukan di bagian tepi, kadang-kadang bercabang. Jenis ini tidak mempunyai supporting bundle.
Sebaran 
:
baru ditemukan di Pulau Pari.





7.dendronephthya

phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Dendronephthya
Spesies 
:
Dendronephthya
Author 
:
Kukenthal, 1905
Spesifikasi 
:
Jenis ini merupakan jenis yang indah oleh karena warnanya yang bervariasi dan menarik. Koloni mengandung duri-duri yang tak lain adalah supporting bundle pada polip. Spikula hampir sama dengan Stereonephthya terutama pada supporting bundle yang sedikit berbeda ialah pada interior tangkai, spikula berbentuk antler atau seperti bintang tak beraturan yang merupakan ciri khas kelompok Dendronephthya. Juga pada permukaan cabang, bentuk kumparan lebih runcing dan sempit (kurus).
Sebaran 
:
ditemukan di semua lokasi sampling.





8.sinularia variabilis

phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:

Sinularia
Spesies 
:
Sinularia variabilis
Author 
:
Tixier Durivault, 1945
Spesifikasi 
:
Koloni bertangkai, mirip dengan koloni S. querciformis. Club hampir sama dengan S. querciformis, hanya pada S. variabilis bagian kepala lebih bervariasi dengan tonjolan-tonjolan yang lebih runcing. Demikian pula pada permukaan tangkai club hampir sama dengan S. querciformis hanya pada S. variabilis ukuran club terbesar dapat mencapai 0,25 mm. Spikula pada tangkai bentuk kumparan dan ukurannya lebih pendek dari kumparan pada S. querciformis. Oleh karena ada persamaan dengan S. querciformis baik pada bentuk dan ukuran club maupun bentuk koloni, para pakar menduga bahwa kedua jenis ini sama dan mempunyai satu nama yaitu S. querciformis atau S. variabilis.
Sebaran 
:
Pari, Pulau Merak dan Pulau Sangiang.






9. Sinularia aff. Ramusa
phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Sinularia
Spesies 
:
Sinularia aff. ramosa
Author 
:
Spesifikasi 
:
Koloni bertangkai pendek, lobus digitiformis dapat bercabang membentuk lobus sekunder. Club pada permukaan dan interior lobus berukuran 0,1 – 0,25 mm, club terpanjang tidak mempunyai kepala atau menyerupai kumparan. Pada permukaan tangkai, lebih pendek dan agak melebar, 0,08 – 16 mm. Pada bagian interior tangkai, spikula berbentuk kumparan pendek dan lebar, hampir oval.
Sebaran 
:
Pulau Pari, Pulau Merak.

10. Sinularia querciformis

phylum  :
 Class  :
Order  :
Family  :
Genus  : Sinularia
Spesies  : Sinularia querciformis
Author  : Pratt, 1903
Spesifikasi  : Koloni berukuran kecil, tetapi membentuk kelompokan koloni yang tersebar pada kedalaman di bawah 12 meter. Koloni bertangkai, kapitulum berbentuk lobus yang bercabang, digitiformis, panjang tangkai lebih panjang atau sama dengan kapitulum. Pada permukaan dan interior lobus, club bertangkai agak runcing dengan bagian kepala (head) melebar dan runcing yang menyerupai daun. Ukuran club 0,12 – 0,21 mm Ukuran club pada permukan tangkai sama dengan pada lobus, hanya lebih tebal atau lebar. Pada bagian interior tangkai spikula berbentuk kumparan yang panjang, dapat lurus atau melengkung. Sebaran  : Pulau Pari, Pulau Payung, Pulau Sangiang.

11. Lobophytum crassum
phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Lobophytum
Spesies 
:
Lobophytum crassum
Author 
:
von Marenzeller, 1986
Spesifikasi 
:
Koloni umumnya mengerak (encrusting) atau bertangkai pendek. Kapitulum berbentuk seperti pematang yang tegak lurus atau juga menjari jenis ini umumnya ditemukan dari rataan terumbu sampai ke kedalaman 7 meter. Pada bagian kapitulum atau lobus club berbentuk shuttle, cross (palang) atau kumparan kecil, ukurannya bervariasi dari 0,10 – 0,24 mm. Pada bagian permukaan tangkai bentuk shuttle dan club berukuran 0,09 – 0,16 mm. Pada bagian permukaan tangkai bentuk club dan shuttle dengan ukuran 0,10 – 0,14 mm, sedangkan pada interior tangkai bentuk kumparan panjang, berukuran 0,17 – 0,20 mm.
Sebaran 
:
ditemukan di semua lokasi sampling.

12. Lobophytum strictum

phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Lobophytum
Spesies 
:
Lobophytum strictum
Author 
:
Tixier Durivault, 1957
Spesifikasi 
:
Jenis ini umumnya ditemukan dimana-mana terutama pada perairan yang jernih. Koloni bertangkai pendek, sepintas nampak seperti mengerak (encrusting). Lobus pada bagian tepi bergelombang, dan pada bagian tengah digitiformis (berbentuk seperti jari). Club pada permukaan lobus memiliki tonjolan-tonjolan berduri, ukuran club 0,07 – 0,19 mm. Pada bagian interior lobus club berbentuk kapstan atau silinder yang memiliki tonjolan berduri, ukuran club 0,18 – 0,25 mm. Pada bagian permukaan tangkai club sama seperti pada permukaan lobus dengan ukuran panjang 0,07 – 0,15 mm, sedangkan pada interior tangkai berbentuk kapstan yang lebar dengan ukuran panjang 0,16 – 0,23 mm.
Sebaran 
:
ditemukan di semua lokasi sampling.








13. Litophyton

phylum 
:
Class 
:
Order 
:
Family 
:
Genus 
:
Litophytum
Spesies 
:
Litophyton
Author 
:
Forskal, 1775
Spesifikasi 
:
Koloni mirip dengan koloni Nephthea hanya pada bagian tangkai dan cabang yang lebih kecil/runcing. Juga susunan polip pada capitulum (catkins) tidak sepadat pada Nephthea. Cabang-cabangnya lebih panjang sehingga koloni lebih lentur. Tekstur koloni lebih lunak daripada Nephthea. Sklerit hampir sama dengan pada Nephthea, yang berbeda hanya pada supporting bundle susunan kumparan tidak sepadat pada Nephthea. Tinggi koloni dapat mencapai 0,50 m.
Sebaran 
:
ditemukan di semua lokasi sampling.











14. Nephthea

phylum  :
Class  :
 Order  :
 Family  :
Genus  : Nephthea
Spesies  : Nephthea
Author  : Audouin, 1826
 Spesifikasi  : Jenis ini umumnya dijumpai di mana-mana terutama pada daerah yang kondisi terumbu karangnya mengalami kerusakan. Koloni berbentuk pohon, bagian batang/tangkai pendek dan lebar dilanjutkan dengan cabang yang pendek dan lebar. Kapitulum (catkins) tersusun seperti ranting dan daun pada pohon. Tinggi koloni dapat mencapai 0,5 m. Sklerit pada tentakel kecil-kecil bentuk seperti bulan sabit. Pada polip sklerit berbentuk kumparan yang melengkung. Pada bagian interior tangkai/batang bentuk sklerit berbentuk kumparan lurus atau melengkung dan bercabang dengan ukuran 0,40 mm sedangkan pada permukaan berbentuk kumparan kecil dengan salah satu sisi mengandung duri-duri, juga berbentuk seperti bintang dengan ukuran 0,05 – 0,14 mm. Supporting bundle tersusun oleh kumparan kecil yang lebih padat, sehingga memberi sokongan yang kuat dan kokoh bagi polip.
 Sebaran  : ditemukan di semua lokasi sampling.



 



BAB IV
KESIMPULAN

1.      Terumbu karang di bagi menjadi dua tipe, berdasarkan jenis(hard coral, soft coral dan bentuknya(( fringing reefs, barrier reefs, atolls, patch reefs)
2.      Ada 8 genus Terumbu karang,Genus Acropora (Familia Acroporidae), Genus Montipora (Familia Acroporidae), Genus Pocillopora (Familia Pocilloporidae), Genus Seriatopora (Familia Pocilloporidae), Genus Favia (Familia Faviidae), Genus Favites (Familia Faviidae), Genus Porites (Familia Poritidae), Genus Goniopora (Familia Poritidae).
3.      Luas ekosistem terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yaitu sekitar 12 sampai 15 persen dari luas terumbu karang dunia. Dengan ditemukannya 362 spesies scleractinia (karang batu) yang termasuk dalam 76 genera, Indonesia merupakan episenter dari sebaran karang batu dunia.












DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang Yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia. Jakarta: LIPI.
Burke,Lauretta. Elizabeth Selig. Mark Spalding. Reefs at Risk in Southeast Asia. Washington D.C, World Research Institute. 2002.
Anonim. 2011. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu Karang (Coral Reef).http://www.ubb.ac.id.
Suharsono, 1994. Metode penelitian terumbu karang. Pelatihan metode penelitian dan kondisi terumbu karang. Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang: 115 hlm.


Comments

Popular Posts

Klasifikasi Batuan Karbonat : Grabau 1904, Folk 1959, Dunham 1962, dan Embry&Klovan 1971

Tipe Gelombang Pecah dan Perhitungannya Menurut Galvin : Spilling, Plunging, Collapsing, Surging

Refraksi dan Difraksi Gelombang di Daerah Perairan : Palung, Tanjung, dan Penghalang Lepas Pantai