salah satu distrik di manokwari (mansinam)


Ini kisahku bersama teman relawan lainnya dari Kompes kala mendapat kesempatan kedua menjadi relawan Greenpeace (GP). Sebelumnya saya perna menjadi relawan GP pada tahun 2008, ketika kapal MV. Ezperansa milik GP merapat di pelabuhan Manokwari dan melakukan kampanye penyelamatan hutan selama 3 hari di kotaku. Kesempatan kedia ini bukan lagi tentang kampanye penyelamatan huta tapi tentang energy terbaharukan (reneable energy) yang awalnya sedikit memberi rasa penasaran.Nah daripada penasaran kuputuskan untuk bergabung dengan tim relawan lainnya.


Taluk, 06022011 pukul 19.00 wit
Malam itu cuaca cukup cerah ditandai dengan kerlap-kerlipnya bintang di langit. Kamipun sudah berkumpul di taluk dengan duduk saling berhadapan dibatasi dengan meja panjang susunan kami sendiri, taluk adalah sebuah daerah yang terletak dipinggir pantai dekat pelabuhan Mokwari yang ditanggul. Dari sore hingga tengah malam hari, di sini banyak penjual kaki lima yang menjajahkan makanan dan minuman dengan konsep out door.
Diawali dengan tawaran untuk memesan makanan dan minuman, kemudian sambil menunggu,Mas didit membuka pertemua dengan relawan dengan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi “tak kenal maka tak sayang” singkatnya kami masing-masing memperkenalkan diri dan Mas Arif, Mas Didit, Mba Indun dan abang Charles yang semuanya merupakan staff GP melanjutkan penjelasan apa saja tujuan dan rangkaian kegiatan kampanye energy yang pertama kali dilakukan di Papua. Sedikit mennyinggung tentang kondisi energy di Indonesia yang masih sangat bergantung pada energy yang bersumber dari fosil. Bahkan, mereka mampu membuka mata kami bahwa di tanah kami 60 % penduduknya belum merasakan listrik. Rasa harupun mulai menghiasi melam itu, namun wajah riang muncul kembali setelah beberapa pelayan datang dengan beberapa pesanan. Sepertinya kami tampak haus dan lapar dan kamipun menikmatinya! 4 jam berlalu dengan pembicaraan akan latar belakang kegiata, tujuan dan rencana kegiatan.
Ketapang, 04022011
Pagi ini kami sudah berkumpul di Ketapang, sesuai dengan kesepakatan semalam di Taluk. Ketapang adalah pelabuhan kecil yang dermaganaya hanya terbuat dari kayu. Tempat ini memang menjadi pangkalan perahu bermotor yang menjadi transportasi umum ke pulau. Jika hari-hari biasa, Ketapang cukup sepih. Namun, menjelang perayaan Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua yang diperingati setiap tanggal 5 Pebruari, ketapang mendadak ramai, jumlah perahu pun meningkat dari biasanya. Ini akibat banyak penduduk Manokwari dan luar manokwari yang dating dan berkunjung ke Pulau Mansinam sebagai Tempat Pertamakalinya Injil masuk di Panah Papua.
Usai berkumpul dengan tim lainnya, kami mulai melakukan perjalanan ke Pualau mansinam dengan menggunakan perahu motor. Dari jauh mata memandang sebuah RumBelab (rumah berlabuh) yang cukup menarik perhatian dengan cat warna pink yang menghiasi dindingnya dan di depan rumah terbentang sebuah spanduk berukuran 1x6 m bertuliskan “renewable energy now”.  Sampai dirumah tersebut,kami disambut oleh mas Didit dan sarapan yang disediakan mas Hary kamipun mulai asyik mengbrol dan menikmatinya. Seusai menikmati beberapa snack dan minuman, kamin mulai berkumpul dan membahas tugas yang akan kami lakukan selama menjadi volunteer yang dipimpin oleh mas Didit. Mas Didit mulai membagi tugas, sebagai berikut :
  •  Mayang dan Usman     : pembawa acara
  • Wilson :stage manager (bertugas untuk mengatur tempat yang akan dilaksanakannya pembukaan acara peresmian solar sel). Beberapa anak buah, yaitu ivan, ka angki, yoris, nugroho dan florens.
  • Maros : konsumsi dibantu oleh ka bram dan widya.
  • Herson :bertugas untuk membagikan stiker dan pamphlet.
  • Kuncoro: bertugas untuk membagikan baju dan slayer.
Kami menerima tugas dan tanggung jawab tersebut dengan penuh semangat, dan tentunya tak sabar untuk menjalankannya. sayang, semua itu akan kami kerjakan besok.
Kami begitu bersemangat dengan kegiatan ini. Mungkin kalian akan bertanya kenapa?. Coba saja perhatikan hail diskusi pertama kami para relawan dengan staff GP bahwa 60 persen bahkan mungkin lebih, masyarakat kami belum tersentuh listrik. Adapun kami yang sudah hidup di daerah kota dan mendapat pelayanan listrik masih sering mengalami pemadaman bergilir atau bahkan pemadaman mendadak (diluar jadwal).
Hampir sebagian besar kampung baik di dataran besar maupun kampung di pulau-pulau sebenarnya memiliki gewnset atau disel berkapasitas kecil. Sayangnya kebutuhan akan bahan bakar yang terbatas membuat kampung hanya bisa menyala pada malam-malan=m tertentu. Samahalnya dengan Pulau Mansinam yang darinya menjadi awal peradapan masyarakat Papua. Walau jaraknya hanya beberapa ratus meter dari kota Manowkari, namun listrik hanya menyala selama 4 jam (18.00-22.00).
Energy terbaharukan selama ini sering kami dengar, baca dan tonton di televisi tapi sepertinya penerapan langsung masih menjadi hayalan. Kini, sepertinya kesempatan itu dating. Apa  yang dikerjakan di pulau bersejarah tanah kami ini adalah kesempat emas untuk bisa melihat lebih dekat, belajar bahkan terlibat langsung.
05022011
Hari ini puncak perayaan Hari Ulang tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua yang ke 156. Meski tidak seramai perayaan 5 tahunan tapi tetap saja Pulau mansinam dipadati penduduk dari luar Pulau. Demikian juga dengan acara peresmian pemasangan energy bersih yang terdiri dari 2 jenis yaitu solar panel dan kincir angin yang dipasang oleh GP tepat di belakang Tuguh Salib. Momen ini sengaja dipilih bersamaan Karen jika peradapan dan terang Injil masuk Di papua pada tanggal 5 Pebruari di Pulau Mansinam tempat dimana kami berdiri sekarang maka, dari tempat inipun diharapkan energy bersih bisa berkembang hingga seantero Papua.
14.00 wit, kegiatan pembukaan peresmian solar sel diawali dengan sebuah tarian adat dari biak yang dinamakan YOSPAN (Yosin Pancar). Kemudian diisi oleh sambutan dari bapak Lulu selaku wakil dari DIRJEN Energi  Terbaharukan, mba Indun mewakili Greenpeace dan seorang bapak perwakilan dari Bupati Manokwari diikuti dengan beberapa menit sesi diskusi. Acara peresmian semakin ramai diwarnai sebuah deklarasi dimana mereka mulai menyalakan lampu oleh bpk Dirjen, perwakilan Bupati dan mba Indun. Makan bersama menutupi serangkaian acara peresmian siang itu.
Kegiatan selanjutnya yaitu pelatihan mengenai solar sel oleh pak Antariksa dan asistennya (maaf pak,saya lupa nama)!! Pelatihanpun usai, aku dan teman-teman bersiap-siap untuk meninggalkan pulau dan juga teman-teman dari Greenpeace. Sedih rasanya meninggalkan mereka, dan tentunya tidak bisa lagi menikmati ketenangan di Rumah Berlabuh itu. Mentaripun mulai pelan-pelan menuju ke barat, kami pulang kerumah masing-masing dan beristirahat mempersiapkan sedikit tenaga untuk pertemuan jam 19.00 wit di taluk, bersama dengan rekan-rekan dari Greenpeace lagi.
Pertemuan kami diawali di Taluk dan akhirnya di akhiri di taluk pula. Makan malam bersama kali ini menutup jumpa kami bersama tim dari GP. Kami dari KOMPES, berterimakasih untuk Mas Didit, Mas Arif, Mba Indun dan Abang Charles yang mau menerima kami, percaya kepada kami, walau mungkin banyak kekurangan dimana dialek bahasa dan logat terkadang membatasi, namun kami sangat senang bekerja terutama berkenalan dengan kalian dan bisa mendapatkan banyak pengalaman dari kalian. Semoga apa yang kita lakukan, dapat menjadi kebaikan bagi orang lain, sukses selalu dengan semua kegiatannya.!!!!salam KOMPES, salam LESTARI!!!!

Maros

Comments

Popular Posts

Klasifikasi Batuan Karbonat : Grabau 1904, Folk 1959, Dunham 1962, dan Embry&Klovan 1971

Tipe Gelombang Pecah dan Perhitungannya Menurut Galvin : Spilling, Plunging, Collapsing, Surging

Refraksi dan Difraksi Gelombang di Daerah Perairan : Palung, Tanjung, dan Penghalang Lepas Pantai